Bismillah

Bismillah

Rabu, 08 Desember 2021

Serunya Menikmati Perjalanan dan Petualangan di Negeri Kabut

Assalamualaikum teman-teman. Welcome to my page 🤗

Akhirnya ada kesempatan nge-blog lagi setelah sekian lama blognya vakum nggak diisi apa-apa. Kali ini, aku mau mau belajar review karya. Salah satu cerita yang mau daku bedah sekarang berasal dari naskah satu teman parade Kupa5 LovRinz, yang temanya tak biasa. Fiksi fantasi.

Yuk cuz aja kalau gitu yaaa.. 

Deskripsi Buku

Judul : Petualangan di Negeri Kabut
Penulis : Sri Al Hidayati
Tahun terbit : 2021
Penerbit : LovRinz Publishing



Dari sampulnya sudah menarik, ya? Terlihat penuh misteri dengan dukungan warna gelap yang mendominasi. Dari cover aja sudah bikin penasaran sama ceritanya, kan?

Sinopsis Cerita 

Aku kutipkan blurb dari Petualangan Negeri Kabut yang punya cover penuh rahasia satu ini.

Layla, seorang gadis SMP yang terjebak di sebuah dunia paralel bernama Negeri Kabut. Ia ingin tahu lebih banyak tentang Negeri Kabut. Ia bertanya-tanya mengapa ia melihat sosok Ayahnya di Negeri Kabut. Padahal Ayahnya telah meninggal. 

Layla merasa Kakaknya tahu banyak tentang Dunia Paralel, dan Kak Nanda dekat dengan Tuan Harry. Layla ingin orang-orang di dekatnya bisa keluar dari jeratan Tuan Harry. Bagaimanakah Layla menolong orang-orang terdekatnya agar keluar dari jeratan Tuan Harry?

Saat baca blurb, aku ngerasa makin penasaran, apa bedanya Negeri Kabut dan Negeri di tempat Layla ya? Setelah membaca beberapa bagian yang ditulis di grup Penerbit LovRinz and Friend, terjawab sudah rasa penasaranku.

Membangun Karakter Tokoh

Ada beberapa tokoh utama dalam buku Petualangan di Negeri Kabut. Pertama, Layla. Sosok anak SMP yang superkepo dengan hal-hal baru di luar dirinya. Dia penasaran dengan Negeri Kabut, kemudian melibatkan diri secara tak sengaja, tetapi hal itu justru membuatnya mendapatkan pengalaman baru yang berharga.

Tokoh kedua, Nanda. Kakak dari Layla. Sosok yang membawa Layla untuk mendapatkan akses menuju Negeri Kabut karena laptopnya. Tokoh satu ini agak keras kepala, tapi sayang pada keluarga.

Tuan Harry adalah sosok antagonis di cerita ini. Semacam punya dendam pada penguasa Negeri Kabut. Ada langkah jahat yang dilakukannya untuk menguasai Negeri Kabut sepenuhnya.

Pak Tua atau Panglima Pangeran sosok yang sejak awal punya peran penting dalam membersamai Layla. Bahkan, dia juga sosok yang diandalkan di Negeri Kabut.

Semua peran yang ada di cerita ini cukup punya karakter. Aku merasa senang dengan cara penulis memberikan tema dan karakter pada tiap tokoh yang hadir di dalam Petulaangan Negeri Kabut.

Alur Cerita Petualangan Negeri Kabut

Bertema fantasi, kisah Petualangan di Negeri Kabut tak sepenuhnya berisi kejadian yang tak real. Kisah dikemas dengan cukup rapi bahwa ada kehidupan nyata yang dialami si tokoh utama, kemudian dia mendapati ada dunia paralel yang begitu membingungkan tetapi membuat penasaran. Beberapa part awal cukup membuat pembaca ikut merasakan teka-teki yang belum terungkap.

Menggunakan alur maju, penulis memberikan kesempatan kepada pembaca untuk mengikuti kisah petualangan di sebuah tempat bernama Negeri Kabut. Ada banyak hal yang berbeda di sana dibandingkan di dunia nyata.

Catatan dan Saran untuk Penulis

Tanpa mengurangi esensi cerita, aku ada beberapa catatan teknis dan nonteknis untuk penulis.

Bagian 2  ada kalimat “aku undur pamit” yang terasa berbeda. Biasanya kalimat umumnya “undur diri” atau “pamit”. Sehingga kalimat tersebut masih terasa janggal ketika dibaca. Pada 2 kalimat sebelumnya juga sudah diselipkan kata pamit, sehingga terasa ada serangan kata tersebut yang terlalu sering. 

Bagian 3 terdapat kalimat “Waktu sudah menunjukkan pukul 16.00 sore” -> ada baiknya diganti “waktu sudah menunjukkan pukul empat sore atau pukul 16.00. Karena jam segitu sudah menjelaskan bahwa waktu yang dimaksud adalah sore hari pada jam empat. Menurutku, ini pemborosan kata, karena kalimat tersebut seharusnya bisa dipadatkan untuk dibuang salah satunya, tanpa mengurangi arti.

Agak ke bawah, penulis memberikan cabaran tentang fisik Nanda. Sebenarnya sudah cukup baik, rapi, dan detail, tetapi keliru untuk kata “lesung pipit”, seharusnya “lesung pipi”.

Pada Bagian 4, ditemukan pula satu paragraf yang terkesan terlalu penuh. Dijejali banyak kata “mata” yang cukup terasa mengganggu bagiku.

“Aku dan Haruka memiliki warna kulit yang sama. Aku sendiri punya bola mata berwarna cokelat. Orang-orang sering menyebutku Layla bermata cokelat. Warna bola mataku ini menurun dari Ayah. Aku juga memiliki mata sendu yang diwariskan dari Ibu.”

Secara umum, kaidah pengulangan sebuah kata dalam satu paragraf, idealnya hanya 3x saja. Namun, dalam paragraf tersebut, pengulangan dilakukan empat kali. Penulis sebaiknya menambah beberapa kosa kata pengganti agar kalimat terasa lebih kaya dan tidak membosankan. 

Penggunaan kata ‘juga’ pada kalimat terakhir di paragraf tersebut juga terasa janggal, karena 3 kalimat sebelumnya sedang membahas Ayah, tapi di akhir justru membahas Ibu. 

Next. Sejujurnya aku tipe pembaca (dan penulis) yang sangat concern pada pemilihan nama tokoh. Beberapa tokoh di cerita ini mirip-mirip. Kalau nggak Arif, Aji, Ari. Di beberapa part setelahnya tokoh Nanda punya teman namanya Nida. Jika boleh memberikan saran, untuk kisah selanjutnya penulis bisa mencari beberapa nama tokoh yang kontras agar pembaca tidak mudah keliru saat membaca alurnya.

Hampir seluruh part masih banyak menggunakan titik-titik (...) dalam penulisan. Padahal penggunaannya tidak terlalu efektif. Ketika dihapus pun, tidak akan mengurangi maksud penyampaian yang ingin disampaikan. 

Pada bagian bawah part 7, aku agak bingung pada kalimat Penjara Bawah Kabut. Di mana tuh? Oh ternyata yang dimaksud adalah penjara bawah tanah Negeri Kabut. Bagaimana Layla bisa menyebut namanya dengan lancar tanpa bertanya lebih dulu kepada Nanda? Alangkah lebih bijak bila kalimat sebelumnya dibuat “penjara bawah tanah di Negeri Kabut”. 

Beberapa kali menemukan penempatan ‘tapi, tetapi, namun’ yang masih belum tepat. Kata Namun harus ditempatkan pada kalimat pertama setelah satu kalimat sebelumnya. Aku ambil contoh penulis pada Bagian 8 berikut : 

“Kadang kesal kalau ada celetukan siswa meledekmu dan Arif, namun aku harus tetap fokus.”

Pilihan perbaikan kalimat yang bisa digunakan yakni sebagai berikut.

1. Kadang kesal kalau ada celetukan siswa meledekmu dan Arif, (tetapi) aku harus tetap fokus.
2. Kadang kesal kalau ada celetukan siswa meledekmu dan Arif(.) (N)amun, aku harus tetap fokus.

Pada bagian 13, dua atau tiga kali penulis masih salah menggunakan kata “memperhatikan” jadi “memerhatikan”. Kata dasarnya adalah hati, kemudian mendapat imbuhan per-kan. Sehingga seharusnya perhatikan yang ditambah me- akan tetap utuh, memperhatikan. 

Rupanya, kata “memerhatikan” masih beberapa kali ditemukan pada part selanjutnya. Kemungkinan, penulis memang belum paham pada bagian ini karena kata yang diberikan berulang kali sama.

Moral of The Story

Berbicara tentang petualangan, kisah di Negeri Kabut ini pun penuh intrik dan misteri. Beragam intriknya masih nggak ketebak, jadi pembaca diajak buat terus kepo dan nggak melewatkan setiap bab untuk mengetahui petualangan selanjutnya. 

Mengutip dari Bagian 3 di dalamnya, aku sangat setuju. "Jadilah pohon yang kukuh dan memiliki akar yang kuat. Jika diterpa angin, ia akan tetap tegak berdiri meskipun sempat goyah." 

Jika manusia diibaratkan pohon, tentu akan mendapatkan banyak ujian dan masalah. Dengan kekuatan dan iman dalam dada, maka sejatinya tak ada masalah yang gak bisa diselesaikan. Manusia hanya perlu keluar dari zona nyaman untuk dapatkan jati dirinya, menemukan solusi atas masalahnya.

Penilaian Subjektif tentang Petualangan di Negeri Kabut

Pada beberapa part awal, sejujurnya terlalu banyak narasi dan lebih sedikit percakapan yang menarik. Ada titik bosan saat membacanya. Aku merasa terlalu penasaran untuk sampai pada petualangan di Negeri Kabut yang dijabarkan pada awal blurb, tetapi penulis seolah mengulur alur. 

Agak bertele-tele pada bab awal, dan belum terasa feel-nya ketika masih bercerita di kehidupan nyata tokoh Layla. Mungkin karena kata-kata yang dituangkan masih berupa telling, belum showing. Its okay. Aku pribadi pun masih belajar untuk sampai pada penyampaian materi yang baik.

Ada intrik yang banyak nggak ketebak, jadi aku menikmati cara penulis untuk menyampaikan petualangan Layla di Negeri Kabut yang berbeda dari dunia nyatanya. Aku cukup excited untuk menemukan potongan puzzle yang dibuat penulis dalam tiap babnya.

Terlepas dari beberapa kelemahan teknis yang masih bisa diperbaiki, aku melihat bahwa idenya unik. Terlihat imajinasi yang meledak, tetapi masih sesuai porsinya. Penulis terlihat berhati-hati dalam memilih diksi sehingga masih terasa belum lepas.

Berdasarkan part yang sudah aku baca, masih ada sesuatu yang tertahan belum keluar. Aku sih yakin kalau penulis akan semakin terbiasa jika sudah menemukan pola dan jam terbang yang tinggi untuk menggarap genre ini.

Pada pertengahan part, aku merasa lebih nyaman membacanya karena sudah memasuki ranah petualangan. Imajinasiku ikut main pas baca beberapa kalimat pada Part 13 ke atas. Bahasa yang digunakan cukup ringan, nggak belibet, tetapi maksudnya pun sampai. 

Untuk teman-teman yang excited dengan kisah fantasi, aku merekomendasikan novel Petualangan di Negeri Kabut untuk menjadi salah satu koleksi di rumah. Ada banyak pelajaran yang bisa diambil dari kisah Layla dan petualangannya di Negeri Tak Terjamah itu.

Overall, novel ini cukup baik, dan penilaianku untuk kisah ini adalah 7.2 dari 10.

Terima kasih untuk Mbak Sri Al Hidayati yang memberikan kesempatan untuk mengulas karyanya. Aku pribadi masih belajar dalam review karya, mohon maaf bila kurang berkenan. Maklum masih pemula. Hehehe. 😁


Nurul Khotimah
08 Desember 2021

2 komentar:

  1. masyaALLAH bagus banget ulasannya Mbak. Saya pikir setelah diedit oleh editor terasa sudah cukup baik. Ternyata masih banyak kurangnya hihi. Saya masih awam di genre ini. Next pengen coba genre lain romance hehe.. Makasih masukannya ya akan saya perbaiki lagi saat cetak insyaAllah

    BalasHapus
    Balasan
    1. Next, boleh lho kalau mau dieditorin sama aku, mbak. Dengan senang hati akan kubantu sebisaku.

      Aku juga masih belajar mbak. Lebih enak nulis aja tanpa pusing editing kan ya.. Hahhaa i feel u 😁😚

      Hapus

silakan komentar.... komentar dengan sopan... :D