Bismillah

Bismillah

Sabtu, 19 Maret 2022

Mengulik Kisah Romansa-Religi Super Uwu melalui Novel Suara dari Langit Karya Halwa MJ.

Assalamualaikum teman-teman, alhamdulillah bisa kembali review salah satu karya religi-romance karya mbak Halwa MJ, salah satu kawan yang aku kenal dari parade Kupa5 LovRinz. Kali ini aku bakalan kasih review pada salah satu kisahnya yang berjudul Suara dari Langit yang diikutkan Parade Baper 5eru.

Yuk cekidooot 😍

Identitas Buku

Judul : Suara dari Langit

Penulis : Halwa MJ

Penerbit : LovRinz

Tebal : 188 halaman



Sinopsis Cerita

Untuk sinopsisnya aku petikkan dari premis dan blurb yang ada nih.

Permis : 

Suami istri yang menjalani pernikahan, tetapi sang istri masih mencintai mantan suaminya.

Blurb 

Hasna menjalani kehidupan rumah tangga yang baru, pasca lima bulan bercerai. Pernikahannya kali ini terasa hambar. Ia belum dapat mencintai Gus Dafi, sang suami. 

Di saat usaha pendekatan Gus Dafi untuk meraih cinta Hasna hampir berhasil, huru hara rumah tangga keduanya datang mengancam, setelah beberapa hari mantan suami perempuan tersebut kembali. Upaya sang gus selama ini pun terasa sia-sia.

Akankah pernikahan Hasna dan Gus Dafi dapat bertahan? 

"Saya yakin Gus Amin masih mencintai saya." (Hasna)

"Ternyata, melupakan kamu adalah dusta, Hasna." (Gus Dafi)

Nah, kira-kira udah kebayang ceritanya kayak gimana ya? Di sini terjadi banyak konflik yang meletup dari berbagai pihak. Aroma cinta segitiga juga terasa pas baru aja baca premis dan blurb-nya.

Tokoh-Tokoh yang Berpengaruh

Gus Amin :  tokoh utama yang mendominasi cerita pada bagian awal. Masalah yang ia sulut sendiri berbuntut menyakiti banyak pihak. Karakter yang terbaca dari setiap tindak tuturnya yakni Gus Amin ini merasa” gemede”. Ia merasa bisa poligami, padahal buat adil aja masih bingung sendiri. Bisa dianggap bahwa karakter Gus Amin ambil.bagian antagonis di cerita ini.

Hasna : tokoh utama yang jadi sumber cerita dan sumber konflik. Karena ada banyak peran keluarga Kiai Hasan untuk kehidupannya, Hasna jadi ketergantungan. Awalnya dilamar Gus Dafi, si anak tengah, tapi gadis ini udah justru kepincut Gus Amin, sang anak sulung. 

Selayaknya wanita pada umumnya yang akan mempertahankan pernikahannya ketika ada masalah, Hasna juga demikian. Ia bersikukuh nggak mau pisah ketika tau dirinya dimadu. Masih belajar move on, dia pun terpaksa menerima pinangan Gus Dafi demi menjaga dirinya dan keluarga yang membersamainya di pesantren. 

Gus Dafi : cowok ini tipikal penyabar. Dia pintar untuk menyembunyikan perasaan. Berjuang buat move on dari Hasna, tapi rupanya kelakuan masnya bikin dia naik darah dan ingin melindungi kakak ipar yang sempat jadi crush-nya di masa lalu.

Umi Aina : posisi ibu yang sebenar-benar ibu. Aku suka karakter beliau yang selalu bisa membela anak-anaknya yang bener dan menasihati anaknya yang salah. Pengen Hasna cerai dari Amin karena tau bahwa Hasna terluka karena diduakan.  Ibu angkat plus ibu mertua rasa ibu kandung. Joss.

Ada juga ayah mereka, Kyai Hasan : pemilik pesantren, tapi tidak terlalu menonjol ditampilkan dalam cerita. Beliau ini semacam pemilik “bell” dalam setiap kejadian. “Save by the bell” dalam permasalahan pelik anak-anaknya akan melibatkan sang ayah sebagai penengah. Hero yang sebenarnya kalau kataku mah.

Catatan untuk Penulis

Tak ada kesalahan berarti untuk penulisan. Hanya sedikit typo pada beberapa bagian. Tentu itu normal adanya. Apalagi untuk post di FB yang mungkin dikerjakan kejar tayang. Dan ini masih dapat dimaklumi. Aku rasa, Mbak Halwa nggak butuh editor juga untuk memperbaiki beberapa minus ini. Secara keseluruhan, oke.

Aku hanya agak terganggu dengan scene perpindahan waktu yang terjadi tiba-tiba. Kayak pas di awal Part 3, yang cerita tentang masa single Hasna, dan di Part 9 ketika menceritakan scene Hasna kehilangan orang tuanya. Sebaiknya, saran saya, tetap ada semacam petunjuk dan pengantar kalimat yang menggiring ke sana. 

Misalkan dengan tambahan “Hasna teringat ketika pertama kali ia kehilangan orang tuanya, waktu itu di rumah sakit, Hasna masih berusia X tahun. Ia belum mengerti banyak hal kecuali keluarga Gus Amin kala itu. Blaa...blaa.. “

Dengan kalimat seperti itu, pembaca digiring untuk paham bahwa scene yang diceritakan itu tentang masa lalu. Kalau aku, sih, paham. Tapi kayak tiba-tiba dan dadakan gitu. Gak nyambung sama cerita sebelumnya. 

Trus selama perjalanan cerita, relevansi judul dan kisahnya belum terlalu mengikat. Hanya disampirkan nasihat dari sang ayah bahwa ada “suara dari langit” yang menuntun Hasna untuk bertahan sampai saat ini. Alangkah lebih baik lagi, bila nasihat-nasihat ayah Hasna juga diselipkan dalam percakapan. Ada momen-momen ingat ayah, trus disampaikan nasihat lainnya. Jadi kekuatan judul Suara dari Langit juga akan lebih terasa.

Kesan pada Novel Suara dari Langit

Penulis terlihat luwes dalam menyampaikan hal-hal yang berkaitan dengan pondok pesantren dalam kisah ini. Tentu saja hal ini jadi berita yang bagus. Tiap bab seolah punya kekuatan alur yang cukup padat dan rapi.

Konflik yang ditawarkan sebenarnya klasik, tentang isu poligami di pesantren, cinta segitiga, dan proses move on sang wanita. Namun, penulis juga berani mengemas cerita ini dengan balutan pegangan ilmu agama, sehingga ceritanya akan terasa relate untuk siapa saja yang baca. Apalagi untuk para muslim, ya.

Beberapa selipan ilmu dari proses mengajar, cara menyampaikan pendapat, teknik parenting kedua orang tua Gus Amin dan Gus Dafi, jadi poin plus tersendiri. Kalau kamu juga baca, kamu pasti akan menemukan banyak sekali kata-kata bijak yang bertebaran.

Dari sisi romance, fluktuasi masalah juga cukup variatif. Gak hanya melulu menyoroti perasaan Hasna tapi juga perasaan Gus Dafi, bahkan Gus Amin yang sudah menikah lagi. Umi Aina juga banyak mengambil peran untuk hubungan anak-anaknya dan menantunya yang juga anak angkatnya.

Aku suka banget tiap karakternya punya kekuatan. Jadi, ceritanya nggak garing, bumbu komedi tipis-tipis bikin sumringah, plus ketika lihat tingkah uwu pasangan baru Gus Dafi dan Hasna yang baru bermekaran bunga cintanya. Ikut gemes liat ke-uwu-an yang terjadi.

Tarik ulur ceritanya cukup punya jarak yang oke untuk jadi satu kesatuan cerita novel yang utuh.

Penilaian Subjektif untuk Novel Suara dari Langit

Aku kasih nilai 7.9 dari 10 untuk Novel Suara dari Langit. Ceritanya gampang dicerna, nggak bikin pembaca terlalu mikir berat banget, tapi penulis juga mampu mengaduk emosi dari karakter tokoh yang ia ciptakan. 

Setelah aku baca 25 part dari kisah ini, aku jadi punya pandangan baru tentang sebuah cerita : Sebuah kisah yang menarik tak harus berasal dari sesuatu yang nggak kamu pahami. Mulailah tulis kisahmu sendiri, ajak orang lain untuk bersama-sama sepakat bahwa tulisan yang kamu buat mengandung manfaat.

Sampai akhir, ceritanya makin seru. Konflik makin naik, dan penulis berhasil menyajikan kisah yang oke untuk sebuah romance-religi.

Good job, mbak Halwa. Semoga nanti laris manis untuk novelnya yaaa..


Banjarnegara, 19 Maret 2022