Bismillah

Bismillah

Rabu, 14 September 2022

Menghadirkan Buku Cetak di Tengah Gempuran Literasi Digital: Seni dalam Mengembangkan Ilmu Pengetahuan dan Informasi Kekinian

Literasi digital menjadi salah satu kosa kata baru yang kini menjamah ke bagian informasi dan pengetahuan yang lebih kekinian. Literasi digital memungkinkan seseorang untuk bisa mendapatkan hal-hal up to date hanya dengan sekali klik jari. Adanya literasi digital juga menjadi perpanjangan tangan dari perkembangan dunia online yang kini menguasai sebagian besar lini kehidupan.

Menulis dan menghasilkan karya, kemudian menjadikannya sebagai salah satu bagian dari literasi digital juga bisa dilakukan. Kini, buku tak hanya berbentuk naskah cetak yang diterbitkan, melainkan juga dikembangkan sebagai salah satu bacaan yang ramah teknologi dengan bentuk e-book dan lainnya.

Perkembangan Literasi Digital

Berkembangnya ranah digitalisasi buku ini, tentu memberikan efek untuk perkembangan penerbitan yang mengeluarkan buku cetak. Meski masih ada beberapa orang yang lebih senang membaca buku fisik, tetapi keberadaan platform penulisan digital punya porsi yang lebih banyak menyita perhatian para pembaca. Terlebih lagi, penjualan untuk ebook punya harga yang lebih miring dibandingkan buku fisik.

Keunggulan Buku Cetak Dibandingkan Buku Digital

Meski demikian, buku cetak atau buku fisik masih memiliki keunggulan dibandingkan jenis buku digital. Berikut ulasan selengkapnya.

Aroma Khas Buku Baru

Nuansa “bau kertas” yang ada dalam sebuah buku baru menjadi salah satu hal yang dicari pembaca. Wangi buku menjadi salah satu hal yang bisa menaikkan mood untuk sebagian orang. Ada kepuasan tersendiri jika seseorang bisa menyelesaikan setengah dari halaman buku karena bisa dipantau secara kasat mata. Hal tersebut tak bisa dilihat jika membaca buku digital, bukan? Baca buku novel, sejarah, atau apapun, tentu akan baik untuk kinerja otak.

Buku Bisa Menjadi Barang Koleksi

Buku merupakan benda fisik yang bisa dijadikan koleksi bagi pemiliknya. Bagi pecinta membaca, buku serupa rumah yang akan jadi tempat pulang ketika lelah melanda. Tentu akan terasa bedanya ketika membaca buku digital dengan buku fisik. Ragam buku yang dimiliki juga bisa dijadikan tolok ukur pencapaian terkait materi dan ilmu pengetahuan baru yang sudah dibaca dan dipelajari. Dapat dikatakan bahwa buku adalah investasi ilmu leher ke atas yang sangat penting untuk manusia.

Ada Nilai Sejarah dalam Buku Fisik

Buku fisik yang dimiliki tentu memiliki kenangan dan nilai sejarah tersendiri bagi pemiliknya. Kamu bisa mengenang satu buku mulai dari kisahnya, cara mendapatkannya, jatuh bangun perjuangan membelinya, dan lainnya. Selain nilai sejarah dari konten buku, nilai kenangan dari upayamu untuk bisa memilikinya tentu akan jadi memori yang bisa diceritakan kapan saja bagi mereka yang bertanya.

Tak Butuh Baterai saat Membaca

Tak seperti buku digital yang hanya bisa dibaca melalui ponsel atau alat bantu lainnya, buku fisik jelas tak butuh baterai. Kamu bisa membolak-balik halaman sesuka hati, mengulang kembali materi bacaan yang diinginkan. Buku fisik tentu tak seribet buku digital karena kamu harus scroll di halaman tertentu.

Mudah dalam Memberikan Catatan

Buku fisik akan lebih mudah dipelajari dan kamu tak akan repot untuk memberikan catatan tertentu di sana. Bisa menggunakan stabilo atau sticky notes untuk menandai halaman tertentu. Dengan membaca buku cetak, kamu pun akan lebih mudah untuk bisa memahami kata per kata, kalimat per kalimat di dalamnya.

Biasanya untuk membaca buku digital kamu akan terhalang dengan mata yang lelah karena radiasi gadget yang ditimbulkan. Belum lagi baterai habis dan butuh dicas ulang. Maka, pilihan untuk membaca buku versi cetak masih kerap jadi pilihan para pembaca.

Buku Fisik: Seni Mengembangkan Ilmu Pengetahuan Kekinian

Bukankah kalimat di atas terasa lebih cocok jika digunakan sebagai tagline buku digital? Memang pada dasarnya perkembangan buku digital kini makin merebak di tengah pasar peminat gadget kekinian. Namun, keberadaan buku cetak sebagai sarana mengembangkan ilmu pengetahuan kekinian pun tak bisa ditampik.

Contoh kecil dalam pembelajaran bersama anak-anak usia dini, yang menggunakan buku fisik sebagai salah satu alat pembelajaran di sekolah. Dibandingkan buku digital, pemanfaatan buku fisik jelas lebih unggul. Anak-anak pun akan lebih fokus pada pembelajaran karena bantuan buku cetak di depan mata.

Berdasarkan keunggulan-keunggulan di atas, para penerbit seharusnya tak perlu insecure dengan bisnis yang dijalankan. Dari sekian banyak orang yang beralih ke literasi digital, pasti akan ada orang-orang yang tetap mencintai buku cetak atau buku fisik sebagai teman nge-teh di sore hari atau untuk mengisi waktu luang mereka.

Untuk memenuhi hal tersebut, maka penerbit buku memang wajib mengeluarkan inovasi agar para penulis bisa mempercayakan naskah mereka dengan tenang dan nyaman. Salah satu penerbit rekomendasi yang bisa kamu jadikan referensi adalah Penerbit LovRinz Publishing.

LovRinz Publishing, Penerbit yang Ramah Penulis

Tagline utama dari Penerbit LovRinz adalah terbit mudah, cepat, menyenangkan. Penerbit satu ini memang jadi rumah yang hangat untuk penulis pemula. Tak heran bila banyak penulis menjadikan LovRinz sebagai salah satu rumah ternyaman untuk menerbitkan buku-buku mereka. Penerbit satu ini juga memiliki percetakan yang punya kualitas kertas yang mumpuni dan cukup tebal.

Ada banyak keunggulan yang LovRinz tawarkan sebagai penerbit. Di antaranya beragam event menulis parade, event mingguan, hingga terbit gratis. Salah satu pengalamanku ikut jadi bagian keluarga besar LR adalah ketika ikut beberapa event di dalamnya. Empat buku dari tujuh karya soloku terbit di LovRinz, pun karena ikut event dan parade selama prosesnya.

Naskahku berjudul Cermin Lara merupakan hasil parade nulis novel selama 30 hari yang diadakan LovRinz sekitar bulan Agustus-September 2021 bertajuk KuPa5 (Aku Peserta Parade 5). Dinobatkan sebagai salah satu naskah terbaik dari sekitar 30 naskah yang bertahan sampai final, tentu menjadi kebanggaan tersendiri.

Naskah berjudul Aglet merupakan hasil parade Event Couple LovRinz yang bekerja sama dengan suami tercinta. Sedangkan untuk naskah berjudul The Chronos ikut dalam event Ramenuku (Rame-Rame Nulis Buku) Duet yang juga aku lakukan bersama suami. LovRinz membuka kesempatan untuk aku pribadi punya bonding yang lebih dekat dengan suami, meski kami sedang LDR.

Selanjutnya, naskah sekuel Cermin Lara hadir dengan tajuk Binar Luka Lara diikutsertakan dalam Baper5eru yang diadakan satu tahun setelah novel pertama terbitan LovRinz mengudara. Rangkaian kegiatan pun masih terus berlanjut, hingga event yang terbaru kemarin bertajuk Parade Cerpen Sastra. Di dalam kegiatan tersebut, LovRinz menghadirkan cerpenis dan sastrawan nasional yang memberikan ilmu dari pertemuan zoom, sekaligus bertugas sebagai juri event.

LovRinz totalitas dalam memberikan wadah untuk para penulis agar mendulang beragam informasi baru dan bisa jadi penerbit yang punya kualitas unggulan di kelasnya. Hal itu sejalan dengan visi owner-nya, Bunda Rina Rinz yang punya tujuan mulia dalam mengembangkan literasi di kancah yang lebih luas, yakni “Mewujudkan Keberlimpahan, Kebahagiaan, dan Kesuksesan Penulis Indonesia.”

Keren sekali, ‘kan, penerbit satu ini?

 

Banjarnegara, 14 September 2022

 

 


Sumber Referensi

https://binus.ac.id/knowledge/2019/12/apakah-buku-cetak-masih-diminati-buku-cetak-vs-buku-digital/

https://yoursay.suara.com/lifestyle/2021/12/28/121236/4-kelebihan-buku-fisik-daripada-e-book-kamu-pilih-mana