Literasi digital menjadi salah satu kosa kata baru yang kini menjamah ke bagian informasi dan pengetahuan yang lebih kekinian. Literasi digital memungkinkan seseorang untuk bisa mendapatkan hal-hal up to date hanya dengan sekali klik jari. Adanya literasi digital juga menjadi perpanjangan tangan dari perkembangan dunia online yang kini menguasai sebagian besar lini kehidupan.
Menulis dan menghasilkan
karya, kemudian menjadikannya sebagai salah satu bagian dari literasi digital
juga bisa dilakukan. Kini, buku tak hanya berbentuk naskah cetak yang
diterbitkan, melainkan juga dikembangkan sebagai salah satu bacaan yang ramah
teknologi dengan bentuk e-book dan lainnya.
Perkembangan Literasi Digital
Berkembangnya
ranah digitalisasi buku ini, tentu memberikan efek untuk perkembangan penerbitan
yang mengeluarkan buku cetak. Meski masih ada beberapa orang yang lebih senang
membaca buku fisik, tetapi keberadaan platform penulisan digital punya porsi
yang lebih banyak menyita perhatian para pembaca. Terlebih lagi, penjualan untuk
ebook punya harga yang lebih miring dibandingkan buku fisik.
Keunggulan Buku Cetak Dibandingkan Buku Digital
Meski demikian,
buku cetak atau buku fisik masih memiliki keunggulan dibandingkan jenis buku
digital. Berikut ulasan selengkapnya.
Aroma Khas Buku Baru
Nuansa “bau
kertas” yang ada dalam sebuah buku baru menjadi salah satu hal yang dicari
pembaca. Wangi buku menjadi salah satu hal yang bisa menaikkan mood
untuk sebagian orang. Ada kepuasan tersendiri jika seseorang bisa menyelesaikan
setengah dari halaman buku karena bisa dipantau secara kasat mata. Hal tersebut tak
bisa dilihat jika membaca buku digital, bukan? Baca buku novel, sejarah, atau
apapun, tentu akan baik untuk kinerja otak.
Buku Bisa Menjadi Barang Koleksi
Buku merupakan
benda fisik yang bisa dijadikan koleksi bagi pemiliknya. Bagi pecinta membaca,
buku serupa rumah yang akan jadi tempat pulang ketika lelah melanda. Tentu akan
terasa bedanya ketika membaca buku digital dengan buku fisik. Ragam buku yang
dimiliki juga bisa dijadikan tolok ukur pencapaian terkait materi dan ilmu
pengetahuan baru yang sudah dibaca dan dipelajari. Dapat dikatakan bahwa buku adalah investasi ilmu
leher ke atas yang sangat penting untuk manusia.
Ada Nilai Sejarah dalam Buku Fisik
Buku fisik yang
dimiliki tentu memiliki kenangan dan nilai sejarah tersendiri bagi pemiliknya.
Kamu bisa mengenang satu buku mulai dari kisahnya, cara mendapatkannya, jatuh
bangun perjuangan membelinya, dan lainnya. Selain nilai sejarah dari konten
buku, nilai kenangan dari upayamu untuk bisa memilikinya tentu akan jadi memori
yang bisa diceritakan kapan saja bagi mereka yang bertanya.
Tak Butuh Baterai saat Membaca
Tak seperti buku
digital yang hanya bisa dibaca melalui ponsel atau alat bantu lainnya, buku
fisik jelas tak butuh baterai. Kamu bisa membolak-balik halaman sesuka hati,
mengulang kembali materi bacaan yang diinginkan. Buku fisik tentu tak seribet buku digital karena kamu harus
scroll di halaman tertentu.
Mudah dalam Memberikan Catatan
Buku fisik akan
lebih mudah dipelajari dan kamu tak akan repot untuk memberikan catatan
tertentu di sana. Bisa menggunakan stabilo atau sticky notes untuk menandai halaman tertentu. Dengan membaca
buku cetak, kamu pun akan lebih mudah untuk bisa memahami kata per kata,
kalimat per kalimat di dalamnya.
Biasanya untuk
membaca buku digital kamu akan terhalang dengan mata yang lelah karena radiasi
gadget yang ditimbulkan. Belum lagi baterai habis dan butuh dicas ulang. Maka,
pilihan untuk membaca buku versi cetak masih kerap jadi pilihan para pembaca.
Buku Fisik: Seni Mengembangkan Ilmu Pengetahuan Kekinian
Bukankah kalimat
di atas terasa lebih cocok jika digunakan sebagai tagline buku digital?
Memang pada dasarnya perkembangan buku digital kini makin merebak di tengah
pasar peminat gadget kekinian. Namun, keberadaan buku cetak sebagai sarana
mengembangkan ilmu pengetahuan kekinian pun tak bisa ditampik.
Contoh kecil
dalam pembelajaran bersama anak-anak usia dini, yang menggunakan buku fisik
sebagai salah satu alat pembelajaran di sekolah. Dibandingkan buku digital,
pemanfaatan buku fisik jelas lebih unggul. Anak-anak pun akan lebih fokus pada
pembelajaran karena bantuan buku cetak di depan mata.
Berdasarkan
keunggulan-keunggulan di atas, para penerbit seharusnya tak perlu insecure dengan
bisnis yang dijalankan. Dari sekian banyak orang yang beralih ke literasi
digital, pasti akan ada orang-orang yang tetap mencintai buku cetak atau buku
fisik sebagai teman nge-teh di sore hari atau untuk mengisi waktu luang mereka.
Untuk memenuhi
hal tersebut, maka penerbit buku memang wajib mengeluarkan inovasi agar para
penulis bisa mempercayakan naskah mereka dengan tenang dan nyaman. Salah satu penerbit
rekomendasi yang bisa kamu jadikan referensi adalah Penerbit LovRinz Publishing.
LovRinz Publishing, Penerbit yang Ramah Penulis
Tagline utama
dari Penerbit LovRinz adalah terbit mudah, cepat, menyenangkan. Penerbit satu
ini memang jadi rumah yang hangat untuk penulis pemula. Tak heran bila banyak
penulis menjadikan LovRinz sebagai salah satu rumah ternyaman untuk menerbitkan
buku-buku mereka. Penerbit satu ini juga memiliki percetakan yang punya
kualitas kertas yang mumpuni dan cukup tebal.
Ada banyak
keunggulan yang LovRinz tawarkan sebagai penerbit. Di antaranya beragam event
menulis parade, event mingguan, hingga terbit gratis. Salah satu pengalamanku
ikut jadi bagian keluarga besar LR adalah ketika ikut beberapa event di
dalamnya. Empat buku dari tujuh karya soloku terbit di LovRinz, pun karena ikut
event dan parade selama prosesnya.
Naskahku berjudul
Cermin Lara merupakan hasil parade nulis novel selama 30 hari yang diadakan
LovRinz sekitar bulan Agustus-September 2021 bertajuk KuPa5 (Aku Peserta Parade
5). Dinobatkan sebagai salah satu naskah terbaik dari sekitar 30 naskah yang
bertahan sampai final, tentu menjadi kebanggaan tersendiri.
Naskah berjudul
Aglet merupakan hasil parade Event Couple LovRinz yang bekerja sama dengan
suami tercinta. Sedangkan untuk naskah berjudul The Chronos ikut dalam event
Ramenuku (Rame-Rame Nulis Buku) Duet yang juga aku lakukan bersama suami.
LovRinz membuka kesempatan untuk aku pribadi punya bonding yang lebih dekat
dengan suami, meski kami sedang LDR.
Selanjutnya,
naskah sekuel Cermin Lara hadir dengan tajuk Binar Luka Lara diikutsertakan
dalam Baper5eru yang diadakan satu tahun setelah novel pertama terbitan LovRinz
mengudara. Rangkaian kegiatan pun masih terus berlanjut, hingga event yang
terbaru kemarin bertajuk Parade Cerpen Sastra. Di dalam kegiatan tersebut,
LovRinz menghadirkan cerpenis dan sastrawan nasional yang memberikan ilmu dari
pertemuan zoom, sekaligus bertugas sebagai juri event.
LovRinz totalitas
dalam memberikan wadah untuk para penulis agar mendulang beragam informasi baru
dan bisa jadi penerbit yang punya kualitas unggulan di kelasnya. Hal itu
sejalan dengan visi owner-nya, Bunda Rina Rinz yang punya tujuan mulia dalam
mengembangkan literasi di kancah yang lebih luas, yakni “Mewujudkan
Keberlimpahan, Kebahagiaan, dan Kesuksesan Penulis Indonesia.”
Keren sekali,
‘kan, penerbit satu ini?
Banjarnegara, 14
September 2022
Sumber Referensi
https://binus.ac.id/knowledge/2019/12/apakah-buku-cetak-masih-diminati-buku-cetak-vs-buku-digital/