Bismillah

Bismillah

Kamis, 16 Desember 2021

Politik Underdogs, Mengupas Sisi Lain Intrik Kenegaraan Lewat Novel Boneka Tahta

Assalamualaikum, sahabat. Selamat datang di blogku. Berawal dari niatan mengapresiasi karya, aku jadi belajar lagi untuk review tulisan. Kali ini, ulasan akan ditujukan untuk kawan sesama moderator di LovRinz, yang punya tema perpolitikan. 

Asli sih, baru baca judulnya aja aku udah mbatin, berani banget ambil tema sensitif begini. Pasti akan ada sesuatu yang mau disampaikannya dari tema yang out of the box kaya gini. Aku pribadi agak menghindari menulis hal-hal kontroversial, maka aku salut sama penulisnya yang berani angkat topik intrik perpolitikan sebagai tema besarnya.

Yuk cuz cekidoooott.

Deskripsi Buku

Judul : Boneka Tahta

Penulis : Zee Anulika

Penerbit : LovRinz Publishing

Tahun Terbit : 2021

Genre yang diusung adalah distopia, atau semacam negeri antah berantah. Namun, hal-hal yang ada di Negara Portrum seolah nyata. Penulis menyajikan kisah ini dengan cukup baik dan terasa real.

Sinopsis Cerita Boneka Tahta

Arola Ryu berasal dari keluarga politisi kenamaan yang dianggap memiliki dinasti di Portrum. Namun, dia tidak pernah tertarik sedikit pun dengan politik dan lebih memilih menjadi pelukis. 

Kehidupan Arola semula nyaris sempurna. Hingga suatu hari Klemen Ryu--ayah Arola--meninggal karena serangan jantung. Dan tiga hari setelahnya, Abaven Ryu--kakak Arola--diciduk ACI (Anti-Corruption Inteligent). 

Demi mengumpulkan bukti, Arola bergabung dengan Sabian, si lelaki berwajah datar yang merupakan anggota organisasi revolusioner. Bersama, mereka melakukan perjalanan yang menantang maut. Mampukah Arola membersihkan nama baik keluarganya?

Aku udah membayangkan akan ada petualangan seru di dalamnya, disertai benih asmara antara keduanya. Apakah benar? Baca sendiri aja, ya!

Karakter Tokoh Utama yang Berpengaruh

Tokoh utamanya Sabian, karakter yang dijabarkan cukup kuat. Dia masuk kaya semacam FBI gitu, organisasi mata-mata, demi mendapatkan bukti kebenaran tentang kematian ibu dan adiknya. Jago berantem, jago ngebanyol juga meski sering garing. Hahaha.

Arola adalah anak Klemen Ryu yang terpaksa harus ikut campur urusan kenegaraan, karena ada bukti chip yang harus dijaganya. Padahal, dia pun gak ngerti sama sekali tentang hal ini.

Mavin, kawan Sabian yang juga punya peranan penting dalam cerita. Plot twist karakter Mavin ini juga bikin aku kaget, lho.

Klob Ryu. Paman Arola, adeknya Klemen Ryu. Dia tokoh antagonis di cerita ini. Geregetan kalau udah bahas dia dalam cerita.

Semua tokoh saling bertaut dan penulis sudah sangat baik meramu karakter dan plot jadi sebuah cerita yang nggak membosankan. Keren!

Alur Cerita Novel Boneka Tahta

Dengan alur maju, penulis menjabarkan kisah dengan diawali pada masa kecil tokoh utama Sabian, yang bersinggungan langsung dengan Arola dan Klemen Ryu. Bab selanjutnya mengisahkan tentang perjalanan keduanya untuk mencari kebenaran dibalik kematian tokoh terkemuka di Portrum, sembari mencari akar permasalahan kebobrokan sistem yang ada.

Sindiran halus untuk perpolitikan Indonesia, yang mungkin bisa jadi lebih parah dari cerita yang ditawarkan penulis dalam cerita ini. Bahwa politik itu kotor, kemudian selalu ada hal-hal yang disembunyikan di dalamnya, demi untuk kepentingan pribadi.

Eksekusi plot juga baik, mulai dari pengenalan karakter, menuju permasalahan, klimaks, dan eksekusi ending yang kemungkinan juga akan bagus, meski gak diunggah di FB.

Catatan untuk Penulis

Saat membaca, mata udah melotot nyari-nyari kesalahan apa yang bisa ditulis sebagai catatan untuk penulis. Hanya terlihat beberapa typo aja. Nggak terlalu berpengaruh pada kenyamanan dalam membaca cerita ini. Secara teknik, penulis sudah paham kaidah dasar dalam menulis sebuah cerita, ada variasi dialog tag, variasi kalimat, sehingga pembaca pun dimanjakan. 

Kesan saat Membaca Boneka Tahta

Penulis sudah baik dalam mendeskripsikan sebuah situasi. Telling dan showing-nya oke. Saat baca, aku jadi ikut membayangkan suasana yang tergambar dalam narasi yang dijabarkan.

Aku suka kata-kata yang diselipkan tokoh Mavin di bab 6.

"Aku selalu berpikir begini, tidak ada orang yang benar-benar baik di dunia ini. Masing-masing memiliki dua sisi yang berlawanan. Aku lebih senang dianggap jahat, tetapi melakukan kebaikan."

Memang pada dasarnya baik-buruknya manusia ada pada persentase 50:50 yaa.. Jadi, pernyataan Mavin itu memang benar adanya. Tak selamanya seseorang yang jahat memang jahat, pun kebalikanya. Jangan hanya liat sampul bukunya, gitu.

Tak terlihat adanya plot hole, sehingga ceritanya cukup menarik untuk terus dibaca. Aku pribadi menganggap novel ini agak berat karena bicara tentang perpolitikan, tetapi bukan berarti ceritanya susah dimengerti. Ada banyak pertanyaan-pertanyaan dalam setiap bab yang dibaca. Sehingga memantik rasa penasaran untuk menuntaskan ceritanya.

Moral of The Story

Setiap cerita akan menyelipkan pesan, baik tersirat maupun tersurat. Aku menangkap beberapa pesan yang disampaikan penulis dalam Boneka Tahta sebagai berikut.

1. Jangan mudah percaya pada orang lain, bahkan orang terdekat. Jika dilihat dalam pandangan perpolitikan, berat pada salah satu sisi kubu tidak akan memberi keuntungan untukmu.

2. Yakin bahwa diri sendiri bisa melalui beragam cobaan dan masalah. Kadang, sedih dan terluka yang mewarnai kehidupan kita hanyalah salah satu dari cara Tuhan untuk membuat kita lebih kuat dari sebelumnya.

Penilaian Subjektif untuk Novel Boneka Tahta

Aku bisa kasih nilai 8.3 dari 10 untuk cerita ini. Aku dibuat terkesan dengan pilihan diksi yang rapi, bahkan juga bisa menjabarkan situasi dengan sangat baik. Kudu banyak belajar dari penulis soal showing

Yang aku tahu, showing yang bagus memang harus melibatkan semua pancaindera, sehingga penjabarannya akan membuat pembaca bisa memahami cerita dari perspektif yang berbeda. Good job.

Aku suka sama ceritanya, berbobot. Baca cerita ini aku seolah-olah jadi paham perpolitikan. Ada insigt baru saat membacanya. Trus, nama-nama imajinatifnya sih keren, aku belum bisa kalau yang beginian. Lebih senang tipe slice of life gitu. Hehhee. Ada mata uang gal, kota Garin, Bane, Dant, Batt, Solor, negerinya namanya Portrum 😍

Keliatan kalau penulisnya riset dulu, atau paling nggak paham dikit-dikit tentang materi ini. Karena penjabaran intrik dan konflik kenegaraan, sampai saham politik juga cukup bagus. Underdog yang dimaksud, awalnya kukira jaringan yang buruk, rupanya malah sebaliknya.

Untuk mengakhiri review ini, aku jadi kepikiran salah satu lagu yang cocok untuk karya penulis. Lagunya Sheila on 7. Pasti Kubisa.

“Pasti kubisa melanjutkannya...

Pasti kubisa menerima dan melanjutkannya..

Oh pasti kubisa melanjutkannyaa..

Cepat bangkit, dan berfikir

Semua tak berakhir di sini...”

Cocok untuk Arola yang mau berusaha membersihkan nama baik ayahnya, menyelamatkan kakaknya, kemudian bangkit dari rasa takut dan trauma yang mengancam nyawa. Mantap!


Banjarnegara, 16 Desember 2021


Rabu, 15 Desember 2021

Siap, Mas Bos! Novel Romance Office Super Ringan untuk Dibaca

Assalamualaikum, teman-teman. Welcome back to my blog.

Ketagihan ulas karya karena seru baca cerita dari teman-teman, kali ini aku mau review novel dari mbak Sita, salah satu peserta Baper di Penerbit LovRinz. 

Yuk cuz cekidoott!

Deskripsi Buku

Judul : Siap, Mas Bos!

Penulis : Sita Resmi

Penerbit : LovRinz Publishing

Sampul resminya dicomot dari FB penulisnya langsung. Hehehe.

Sinopsis Cerita

Penulis mencantumkan genre slice of life dalam kisah ini. Untuk spoiler, aku kutipkan dari blurb novel satu ini, ya.

Nay seorang gadis tomboi yang mendadak feminim karena ulah sang Bunda yang memaksanya untuk bekerja di sebuah perusahaan ternama.

Selama berjalannya waktu gadis itu lebih menikmati pekerjaannya daripada penampilan, tidak sampai di situ, pertemuannya dengan sang atasan yang super duper galak membuatnya terus mengelus dada dan harus memiliki selusin kesabaran untuk menghadapinya.

Apakah Nay akan  berhasil menghadapi sang atasan atau sebaliknya?

Dari potongan kisah yang ditampilkan, sudah jelas akan terlihat konflik tentang atasan dan bawahan yang kemungkinan seru. Ditambah bumbu romansa, tentu kisah ini akan menyenangkan saat dibaca.

Membangun Karakter yang Kuat

Tokoh utamanya Nayara yang sering dipanggil Nay. Karakter yang ditampakkan penulis pada sosok Nay ini sangat kuat. Pribadi yang nggak gampang direndahkan oleh orang lain, tetapi juga punya sisi lemah takut naik lift. Karakter seperti ini masih sangat manusiawi, sehingga menurutku, penulis sudah cukup baik dalam eksekusi karakter tokoh utama sebagai sosok yang dominan dalam cerita.

Tokoh ke dua adalah Aga. Sosok bos di kantor Nay, yang punya karakter cool khas para eksekutif muda, tapi juga punya gengsi yang tinggi selayaknya para bos pada umumnya. Aga ini tipikalnya kaya Gu Jun Pyo di BBF itu, lho. Kaya, gantengnya kaya Suga BTS, tapi juga ada usil-usilnya dikit.

Lainnya adalah tokoh pelengkap yang mengisi kehidupan Nayya dan Aga. Mama, Papa, teman kantor, dan keponakan unyu si Aga bernama Kai. 

Catatan untuk Penulis

Aku ada beberapa catatan untuk penulis mengenai teknis berikut ini.

Untuk bagian pembuka, aku rasa penulis masih perlu belajar lebih banyak terkait showing untuk memaksimalkan kalimat pertama yang menggebrak. Bagian pembuka kalimat pertama adalah kunci untuk memancing rasa penasaran pembaca untuk terus setia pada kalimat yang dituliskan.

Penulis masih kecolongan dalam menuliskan kalimat panggilan Bunda. Karena menggunakan POV 3, seharusnya panggilan Bunda itu tidak terjadi. Hal ini jadi bocor POV. Sang ibu, bunda, ibunya bisa menjadi pilihan untuk menggantikan panggilan Bunda di dalam narasi, kecuali untuk percakapan Nay selanjutnya.

Penggunaan partikel di- juga belum tepat untuk beberapa kalimat. Aku menemukan banyak kesalahan dari Bagian Satu. Aku ambil salah satu contoh kalimat yang belum tepat berikut ini.

“Didalam hati Nayyara tidak mau mengecewakan Bundanya.”

Kalimat di atas bisa dibenarkan seperti ini, “Di (spasi) hati Nayyara(,) (ia) tidak mau mengecewakan (b)undanya.”

Penulis bisa mengecek ulang segala penempatan di- yang belum tepat. Rupanya ini terjadi pada semua part yang disajikan untuk dibaca. Jadi coba aku jelaskan secara singkat ya...

Penggunaan di- akan selalu dipisah jika bertemu dengan tempat, seperti di sekolah, di rumah, ke kafe, di hadapannya, di lantai dan lainnya.

Penggunaan di- akan selalu disambung dengan kata kerja, sehingga kata itu bisa dibuat menjadi bentuk aktif me- seperti dicium bukan di cium, dikejar bukan di kejar, diterima bukan di terima, diterkam, bukan di terkam. 

Kata ganti Anda juga luput diberi kapital oleh penulis. Anda adalah kata ganti ke dua, sehingga harus menggunakan kapital karena biasanya ini digunakan dalam sebuah percakapan dua orang. Karena beberapa kali kata ini dituliskan dengan huruf kecil, bisa kuasumsikan kalau penulis belum paham tentang hal ini. Its okay.  Penulis yang baik adalah penulis yang mau belajar terus. Aku pun masih terus belajar kok.

Selanjutnya, meski sudah terasa luwes dalam penyampaian kalimat, tapi terasa bahwa penulis masih kebingungan dalam merangkai kalimat yang efektif. Beberapa paragraf terkesan terlalu panjang, terlalu banyak koma, terlalu banyak serangan kata ganti -nya. Aku sih paham maksudnya, tetapi belum tentu dengan pembaca lainnya. Aku ambilkan contoh pada bagian awal cerita.

“Doa terbaik untuk putrinya, dan berharap lebih untuk kedua saudara Nayyara yang merantau jauh. Hanya Nayyara yang bisa diandalkan selama ini, walau dengan kehidupan pas-pasan gadis itu tidak pernah protes. Hari sudah mulai larut tapi Nayyara masih betah berada di teras, menselonjorkan kakinya yang terasa letih karena high heels yang dia kenakan pagi tadi. Efek yang luar biasa, andai tadi dia memakai pantofel mungkin tidak sampai seperti ini.”

Saran perbaikan untuk paragraf tersebut dari aku begini :

“Sang bunda memberikan doa terbaik untuk putrinya. Doa yang sama juga dipanjatkan untuk saudara Nayyara yang merantau jauh dari rumah. Selama ini, hanya Nayyara yang bisa diandalkan bundanya. Walaupun pas-pasan, gadis itu tidak pernah protes. (Ganti paragraf baru)

Hari sudah mulai larut, tapi Nayyara masih betah berada di teras, menyelonjorkan (huruf s ketemu me-, jadinya luluh, bukan menselonjorkan, tapi menyelonjorkan) kaki yang terasa letih karena heels yang dikenakannya. Rupanya, ia baru menyadari efek alas kaki itu setelah bekerja. (Dia berpikir) jika memakai sepatu pantofel, mungkin kakinya tak akan setelah itu.

Beberapa kali juga ketemu penempatan kata ‘tetapi, namun, tapi’ yang belum tepat.  Aku ambilkan contoh pada  Bab 7 di bawah ini.

“Salah satu contohnya ada Aga mengemudikan mobilnya dengan hati-hati, sikapnya kembali seperti semua. Tetapi ada yang berbeda.”

Kata negasi tetapi dan tapi, harusnya ada di tengah kalimat dengan penambahan koma (,) sebelumnya. Kata negasi Namun dan Akan Tetapi, ditempatkan pada awal kalimat.

Sehingga, saran perbaikan untuk kalimat di atas sebagai berikut :

“Salah satu contohnya ada Aga mengemudikan mobilnya dengan hati-hati, sikapnya kembali seperti semua. (Namun)(,)ada yang berbeda.”

Wuaah.. Gak kerasa nulis koreksi sepanjang ini. Hahhaa. Maapkan aku ya mbak penulis. Aku sudah detailkan untuk tiap bab di kolom komentar postingan di FB LovRinz and Friends, semoga bisa dipelajari lagi yaa.. Sama-sama belajar terus, karena penulis itu pembelajar sepanjang hayat, katanya.

Kesan untuk Novel Siap, Mas Bos!

Jika menafikan segala kesalahan teknis yang masih sangat bisa diperbaiki, aku cukup senang dengan selipan komedi tipis-tipis yang disajikan penulis. Tektoknya dapet aja gitu. Penulisnya pelawak apa bukan sih? Hahaha. Saat wawancara kerja juga ada humornya sekelebat. Ini tentu bagus. Semoga penulis bisa mempertahankannya.

Dari novel ini, aku melihat kalau penulisnya sudah cukup lama bergaul dengan kata-kata, meski terlihat pula kalau kurang diasah. Bahasanya nggak kaku, pilihan diksi dan dialog tag juga beragam. Jadi bacanya nggak bosan. Bagian teknis seperti yang udah kujabarkan di atas yang agak mengganggu, tapi overall masih bisa dimaafkan.

Penilaian Subjektif untuk Novel Siap, Mas Bos!

Novel Siap, Mas Bos! ini cukup ringan untuk mengisi waktu luang. Bahasanya pun nggak bertele-tele, meski kadang terlihat agak berputar-putar dalam penjabarannya. Seiring jam terbang yang tinggi, aku yakin penulis akan mampu  memperbaiki karyanya baik secara teknikal maupun konten. Menggunakan alur maju, penulis sudah bisa membawa novel ini dari perkenalan, konflik, dan eksekusi intrik dengan cukup baik. Kalau dikatakan pemula, maka penulis novel Siap, Mas Bos! ini adalah pemula yang punya modal baik untuk berkarya jadi novelis.

Untuk nilai, aku mau kasih nilai 6.9 dari 10. Temanya umum, sehingga siapa saja yang baca akan bisa merasa relate dengan materi konten yang sedang dibahas. Gak perlu banyak imajinasi saat membacanya. Good job.

The last but not least. Untuk menutup ulasan ini aku mau bilang sesuatu. Menulislah dengan suka cita. Menulislah dengan hati bahagia. Perkara teknis itu masih bisa diperbaiki, tapi jiwa seorang penulis adalah salah satu hal terbaik yang harus ada dalam dirimu kalau kamu benar-benar ingin kekal di dalam literasi.

Dari caranya bercerita, penulis bisa menyampaikan kegemarannya dalam berkisah, semangatnya, happy-nya, dan cerita mengalir dengan baik.

Terima kasih sudah hadirkan karya yang manis, ya, mbak Sita Resmi. Maaf hanya review alakadarnya. Soalnya aku juga masih belajar buat mengulas karya. Hehehe.



Banjarnegara, 15 Desember 2021

Rabu, 08 Desember 2021

Serunya Menikmati Perjalanan dan Petualangan di Negeri Kabut

Assalamualaikum teman-teman. Welcome to my page 🤗

Akhirnya ada kesempatan nge-blog lagi setelah sekian lama blognya vakum nggak diisi apa-apa. Kali ini, aku mau mau belajar review karya. Salah satu cerita yang mau daku bedah sekarang berasal dari naskah satu teman parade Kupa5 LovRinz, yang temanya tak biasa. Fiksi fantasi.

Yuk cuz aja kalau gitu yaaa.. 

Deskripsi Buku

Judul : Petualangan di Negeri Kabut
Penulis : Sri Al Hidayati
Tahun terbit : 2021
Penerbit : LovRinz Publishing



Dari sampulnya sudah menarik, ya? Terlihat penuh misteri dengan dukungan warna gelap yang mendominasi. Dari cover aja sudah bikin penasaran sama ceritanya, kan?

Sinopsis Cerita 

Aku kutipkan blurb dari Petualangan Negeri Kabut yang punya cover penuh rahasia satu ini.

Layla, seorang gadis SMP yang terjebak di sebuah dunia paralel bernama Negeri Kabut. Ia ingin tahu lebih banyak tentang Negeri Kabut. Ia bertanya-tanya mengapa ia melihat sosok Ayahnya di Negeri Kabut. Padahal Ayahnya telah meninggal. 

Layla merasa Kakaknya tahu banyak tentang Dunia Paralel, dan Kak Nanda dekat dengan Tuan Harry. Layla ingin orang-orang di dekatnya bisa keluar dari jeratan Tuan Harry. Bagaimanakah Layla menolong orang-orang terdekatnya agar keluar dari jeratan Tuan Harry?

Saat baca blurb, aku ngerasa makin penasaran, apa bedanya Negeri Kabut dan Negeri di tempat Layla ya? Setelah membaca beberapa bagian yang ditulis di grup Penerbit LovRinz and Friend, terjawab sudah rasa penasaranku.

Membangun Karakter Tokoh

Ada beberapa tokoh utama dalam buku Petualangan di Negeri Kabut. Pertama, Layla. Sosok anak SMP yang superkepo dengan hal-hal baru di luar dirinya. Dia penasaran dengan Negeri Kabut, kemudian melibatkan diri secara tak sengaja, tetapi hal itu justru membuatnya mendapatkan pengalaman baru yang berharga.

Tokoh kedua, Nanda. Kakak dari Layla. Sosok yang membawa Layla untuk mendapatkan akses menuju Negeri Kabut karena laptopnya. Tokoh satu ini agak keras kepala, tapi sayang pada keluarga.

Tuan Harry adalah sosok antagonis di cerita ini. Semacam punya dendam pada penguasa Negeri Kabut. Ada langkah jahat yang dilakukannya untuk menguasai Negeri Kabut sepenuhnya.

Pak Tua atau Panglima Pangeran sosok yang sejak awal punya peran penting dalam membersamai Layla. Bahkan, dia juga sosok yang diandalkan di Negeri Kabut.

Semua peran yang ada di cerita ini cukup punya karakter. Aku merasa senang dengan cara penulis memberikan tema dan karakter pada tiap tokoh yang hadir di dalam Petulaangan Negeri Kabut.

Alur Cerita Petualangan Negeri Kabut

Bertema fantasi, kisah Petualangan di Negeri Kabut tak sepenuhnya berisi kejadian yang tak real. Kisah dikemas dengan cukup rapi bahwa ada kehidupan nyata yang dialami si tokoh utama, kemudian dia mendapati ada dunia paralel yang begitu membingungkan tetapi membuat penasaran. Beberapa part awal cukup membuat pembaca ikut merasakan teka-teki yang belum terungkap.

Menggunakan alur maju, penulis memberikan kesempatan kepada pembaca untuk mengikuti kisah petualangan di sebuah tempat bernama Negeri Kabut. Ada banyak hal yang berbeda di sana dibandingkan di dunia nyata.

Catatan dan Saran untuk Penulis

Tanpa mengurangi esensi cerita, aku ada beberapa catatan teknis dan nonteknis untuk penulis.

Bagian 2  ada kalimat “aku undur pamit” yang terasa berbeda. Biasanya kalimat umumnya “undur diri” atau “pamit”. Sehingga kalimat tersebut masih terasa janggal ketika dibaca. Pada 2 kalimat sebelumnya juga sudah diselipkan kata pamit, sehingga terasa ada serangan kata tersebut yang terlalu sering. 

Bagian 3 terdapat kalimat “Waktu sudah menunjukkan pukul 16.00 sore” -> ada baiknya diganti “waktu sudah menunjukkan pukul empat sore atau pukul 16.00. Karena jam segitu sudah menjelaskan bahwa waktu yang dimaksud adalah sore hari pada jam empat. Menurutku, ini pemborosan kata, karena kalimat tersebut seharusnya bisa dipadatkan untuk dibuang salah satunya, tanpa mengurangi arti.

Agak ke bawah, penulis memberikan cabaran tentang fisik Nanda. Sebenarnya sudah cukup baik, rapi, dan detail, tetapi keliru untuk kata “lesung pipit”, seharusnya “lesung pipi”.

Pada Bagian 4, ditemukan pula satu paragraf yang terkesan terlalu penuh. Dijejali banyak kata “mata” yang cukup terasa mengganggu bagiku.

“Aku dan Haruka memiliki warna kulit yang sama. Aku sendiri punya bola mata berwarna cokelat. Orang-orang sering menyebutku Layla bermata cokelat. Warna bola mataku ini menurun dari Ayah. Aku juga memiliki mata sendu yang diwariskan dari Ibu.”

Secara umum, kaidah pengulangan sebuah kata dalam satu paragraf, idealnya hanya 3x saja. Namun, dalam paragraf tersebut, pengulangan dilakukan empat kali. Penulis sebaiknya menambah beberapa kosa kata pengganti agar kalimat terasa lebih kaya dan tidak membosankan. 

Penggunaan kata ‘juga’ pada kalimat terakhir di paragraf tersebut juga terasa janggal, karena 3 kalimat sebelumnya sedang membahas Ayah, tapi di akhir justru membahas Ibu. 

Next. Sejujurnya aku tipe pembaca (dan penulis) yang sangat concern pada pemilihan nama tokoh. Beberapa tokoh di cerita ini mirip-mirip. Kalau nggak Arif, Aji, Ari. Di beberapa part setelahnya tokoh Nanda punya teman namanya Nida. Jika boleh memberikan saran, untuk kisah selanjutnya penulis bisa mencari beberapa nama tokoh yang kontras agar pembaca tidak mudah keliru saat membaca alurnya.

Hampir seluruh part masih banyak menggunakan titik-titik (...) dalam penulisan. Padahal penggunaannya tidak terlalu efektif. Ketika dihapus pun, tidak akan mengurangi maksud penyampaian yang ingin disampaikan. 

Pada bagian bawah part 7, aku agak bingung pada kalimat Penjara Bawah Kabut. Di mana tuh? Oh ternyata yang dimaksud adalah penjara bawah tanah Negeri Kabut. Bagaimana Layla bisa menyebut namanya dengan lancar tanpa bertanya lebih dulu kepada Nanda? Alangkah lebih bijak bila kalimat sebelumnya dibuat “penjara bawah tanah di Negeri Kabut”. 

Beberapa kali menemukan penempatan ‘tapi, tetapi, namun’ yang masih belum tepat. Kata Namun harus ditempatkan pada kalimat pertama setelah satu kalimat sebelumnya. Aku ambil contoh penulis pada Bagian 8 berikut : 

“Kadang kesal kalau ada celetukan siswa meledekmu dan Arif, namun aku harus tetap fokus.”

Pilihan perbaikan kalimat yang bisa digunakan yakni sebagai berikut.

1. Kadang kesal kalau ada celetukan siswa meledekmu dan Arif, (tetapi) aku harus tetap fokus.
2. Kadang kesal kalau ada celetukan siswa meledekmu dan Arif(.) (N)amun, aku harus tetap fokus.

Pada bagian 13, dua atau tiga kali penulis masih salah menggunakan kata “memperhatikan” jadi “memerhatikan”. Kata dasarnya adalah hati, kemudian mendapat imbuhan per-kan. Sehingga seharusnya perhatikan yang ditambah me- akan tetap utuh, memperhatikan. 

Rupanya, kata “memerhatikan” masih beberapa kali ditemukan pada part selanjutnya. Kemungkinan, penulis memang belum paham pada bagian ini karena kata yang diberikan berulang kali sama.

Moral of The Story

Berbicara tentang petualangan, kisah di Negeri Kabut ini pun penuh intrik dan misteri. Beragam intriknya masih nggak ketebak, jadi pembaca diajak buat terus kepo dan nggak melewatkan setiap bab untuk mengetahui petualangan selanjutnya. 

Mengutip dari Bagian 3 di dalamnya, aku sangat setuju. "Jadilah pohon yang kukuh dan memiliki akar yang kuat. Jika diterpa angin, ia akan tetap tegak berdiri meskipun sempat goyah." 

Jika manusia diibaratkan pohon, tentu akan mendapatkan banyak ujian dan masalah. Dengan kekuatan dan iman dalam dada, maka sejatinya tak ada masalah yang gak bisa diselesaikan. Manusia hanya perlu keluar dari zona nyaman untuk dapatkan jati dirinya, menemukan solusi atas masalahnya.

Penilaian Subjektif tentang Petualangan di Negeri Kabut

Pada beberapa part awal, sejujurnya terlalu banyak narasi dan lebih sedikit percakapan yang menarik. Ada titik bosan saat membacanya. Aku merasa terlalu penasaran untuk sampai pada petualangan di Negeri Kabut yang dijabarkan pada awal blurb, tetapi penulis seolah mengulur alur. 

Agak bertele-tele pada bab awal, dan belum terasa feel-nya ketika masih bercerita di kehidupan nyata tokoh Layla. Mungkin karena kata-kata yang dituangkan masih berupa telling, belum showing. Its okay. Aku pribadi pun masih belajar untuk sampai pada penyampaian materi yang baik.

Ada intrik yang banyak nggak ketebak, jadi aku menikmati cara penulis untuk menyampaikan petualangan Layla di Negeri Kabut yang berbeda dari dunia nyatanya. Aku cukup excited untuk menemukan potongan puzzle yang dibuat penulis dalam tiap babnya.

Terlepas dari beberapa kelemahan teknis yang masih bisa diperbaiki, aku melihat bahwa idenya unik. Terlihat imajinasi yang meledak, tetapi masih sesuai porsinya. Penulis terlihat berhati-hati dalam memilih diksi sehingga masih terasa belum lepas.

Berdasarkan part yang sudah aku baca, masih ada sesuatu yang tertahan belum keluar. Aku sih yakin kalau penulis akan semakin terbiasa jika sudah menemukan pola dan jam terbang yang tinggi untuk menggarap genre ini.

Pada pertengahan part, aku merasa lebih nyaman membacanya karena sudah memasuki ranah petualangan. Imajinasiku ikut main pas baca beberapa kalimat pada Part 13 ke atas. Bahasa yang digunakan cukup ringan, nggak belibet, tetapi maksudnya pun sampai. 

Untuk teman-teman yang excited dengan kisah fantasi, aku merekomendasikan novel Petualangan di Negeri Kabut untuk menjadi salah satu koleksi di rumah. Ada banyak pelajaran yang bisa diambil dari kisah Layla dan petualangannya di Negeri Tak Terjamah itu.

Overall, novel ini cukup baik, dan penilaianku untuk kisah ini adalah 7.2 dari 10.

Terima kasih untuk Mbak Sri Al Hidayati yang memberikan kesempatan untuk mengulas karyanya. Aku pribadi masih belajar dalam review karya, mohon maaf bila kurang berkenan. Maklum masih pemula. Hehehe. 😁


Nurul Khotimah
08 Desember 2021